Selasa, 07 Oktober 2014

Cinta, Kau Datang Terlambat

Namaku Dara, aku memulai sidejob ku lagi sebagai receptionist amatir (daily worker) disalah satu asrama untuk para ahli dibidang olahraga dari berbagai kota. Walaupun aku harus membagi waktu kuliah dengan waktu sidejobku itu tidak masalah. Sudah 2 terakhir ini aku melakukan sidejobku sebagai receptionist disalah satu asrama para ahli dibidang olahraga ternama di kota ku. Entah kenapa aku melakukan perkejaan ini dengan motif pertamaku bukan uang, tapi mencari pengalaman yang mungkin gak semua orang bisa dapatkan disana untuk remaja di usiaku.
Flashback, ya awalnya juga tidak sengaja ketemu salah satu pegawai rekruitment dari tempat pekerjaanku itu di salah satu tempat makan mall di kotaku, Lalu aku ditawari untuk jadi receptionist amatir (lagi) ditempat yang sama. Karena 1 tahun yang lalu aku juga ditempatkan disana dalam suatu event besar sebagai receptionist amatir (juga). Tanpa pikir panjang aku langsung menerima dan menyetujui tawaran itu.

Hari pertama
Shift sore, aku ditempatkan dulu digedung ketiga (asrama khusus putri) untuk membantu receptionist disana yang belum bisa hadir. Karena gedung pertama itu adalah asrama putra putri, sedangkan gedung kedua itu adalah khusus asrama putra dan gedung ketiga itu adalah gedung khusus asrama putri. Seharusnya tempatku itu gedung kedua (asrama khusus putra). Ya katanya receptionist gedung kedua (asrama khusus putra) emang harus cewek, karena biar ada yang agak baru gitu hihihi (bisa aja). mungkin maksudnya biar gak cowok semua isinya. 
Balik lagi ke akunya, ya seperti biasa aku melayani semua pertanyaan dan permintaan oleh para tamu. Memberikan pelayan terbaik dan seramah mungkin pada semua tamu tanpa pengecualian. Sebenernya gak terlalu lelah jadi receptionist amatir. Mungkin hanya bosan dikala tidak ada pekerjaan yang signifikan (mencatat emua laporan tamu yang datang dan keluar) dan tidak ada teman ngobrol. Sampai akhirnya jam kerjaku habis yaitu jam 11 malam karena aku masuk shift sore tadi,

Hari kedua
Aku sudah diposisiku receptionist gedung kedua (asrama khusus putra). Aku dapat teman baru lagi, yeeay, yaitu receptionist amatir juga yang direkrut karena oomnya salah satu pegawai rekruitment disana. Dan dia perempuan, tapi umurnya lebih muda dariku. Anaknya cantik, bawel, dan rame, namanya Ame. 
"Hai", sapaku.
"Hai, mbak Dara ya?", sapa Ame dengan ramenya. Kami sudah tau nama masing-masing karena hari sebelumnya Ame mengirim sms ke aku untuk menanyakan jadwal shift kami. 
"Mbak baru pulang kuliah ya?", tanya Ame lagi.
"Iya." jawabku sambil memasukkan tas kedalam meja receptionist untuk persiapan pergantian shift sama Ame. 
Dengan awal pertemuan kami berbagi pengalaman sebelumnya dan bercerita sebentar sebelum Ame mengakhiri waktu kerjanya. Hingga akhirnya kami bisa cepat akrab hanya dalam beberapa jam saja. Mungkin karena kami sama-sama bawel jadi satu tipe pemikiran dan obrolan. Dari situ kami semakin akrab lagi. Kami mulai membagi shift kerja kami berdua, karena akunya kuliah pagi terus jadi aku minta Ame untuk ambil shift pagi. Ame pun menyetujuinya, karena gak ada pilihan lain lagi untuk kami berdua.

Hari ketiga
Ditengah pergantian shift. yang akunya selalu masuk shift sore karena paginya aku harus kuliah, dan Ame selalu masuk pagi. Dateng ibuk-ibuk gaul, modis dan kece dengan seorang cewek manis yang keliatannya masih muda seumuran kami (Aku sama ame). Mereka berdua mengahmpiri kami sebagai Guide (seharusnya) utama dari atas (dinas olahraga), dan menanyakan dimana tempat untuk para guide kumpul kalo digedung ini. 
"Maaf dek, dimana ya tempat untuk para guide? Katanya disini emang disediakan desk (meja) sendiri untuk kami." tanya si ibuk-ibuk dengan ramah. 
Sontak kami berdua (Aku dan Ame) menjawab tidak tau menau masalah itu. Karena biasanya kalau ada apa-apa petugas dari kantor pusat asrama langsung memberitahu kami.
"Oh maaf buk, kalau masalah itu kami kurang tau, karena tidak ada pemberitahuan kepada kami masalah ini. Mungkin ibuk bisa langsung kekantor kami untuk menanyakan lebih lanjutnya." jawabku dengan ramah pula sembari dengan yang lebih tua sambil menunjukkan kantor pusat asrama.
"Iya, katanya kami disuruh kesini untuk ngawasin guide-guide laen dan ada meja khusus. Tapi gak ada ya dek?' tanya ibuk lagi kepada kami berdua.
"iya gak ada buk kalau setau kami." jawab aku dan Ame secara beruntun.
Ya sambil menemani ibuk itu yang masih bingung, kami bercerita panjang lebar mengenai mereka utusan dari mana dan tugas masing-masing dari kami. Dengan memperkenalkan anak cewek yang dibawanya tadi kapada aku dan Ame bahwa cewek itu adalah anaknya yang baru lulus kuliah.Padahal aku fikir dia lebih muda dari kami berdua, karena mukanya beneran masih keliatan kayak anak SMP. Oh my god! Betapa kagetnya kami berdua. Aku sempet berfikir mau manggilnya adek tadi, tapi ternyata salah.
"Ini anak ibuk, baru saja lulus kuliah" sambil melihat ke anak cewek yang sedang memainkan handphone ditangannya
"Ooooooh, berarti ..."' kata kami berdua berhenti melanjutkan kalimat selanjutnya. Yang itu tandanya kami lebih muda darinya .
"Siapa namanya mbak?", tanya sih Ame.
"Risca", jawabnya sambil tersenyum.
"Ohhhh kuliah dimana mbak? kemaren jurusan apa?", tambahku.
"Universitas Tinggi, jurusan Ekonomi Manajemen", jawabnya singkat.
"Kalian berdua darimana? Kuliah atau sekolah?", kata si ibuk kece menambahkan disela perbincangan kami bertiga.
"Oh, saya kuliah buk, sama di universitas Tinggi juga jurusan Sastra. Kalo ini Ame dia baru tamat sekolah," jawabku sambil tersenyum seakan sudah dekat.
"Sama berarti dengan Risca ya di Universitas tinggi. Semester berapa?", tambah ibuk kece lagi.
"Semester 3 buk", jawabku lagi.
"Siapa nama kalian?", tanya Mbak Risca
"Saya Ame, ini Mbak Dara", kata Ame.
Perbincangan kami tidak sampai disana saja, masih banyak yang kami bicarakan sambil melihat para penghuni asrama putra yang sibuk mempersiapkan pertandingan mereka masing-masing. Ada yang lagi bela diri, main biliard, dan juga bercanda tawa sesama temannya. Kami hanya bisa selalu menebarkan senyuman dan kesan ramah pada setiap tamu. Itu yang selalu aku ingatkan pada Ame, ya mungkin karena aku lebih pengalaman dibidang reception. 
"Yasudah dek, ibuk pulang dulu. Besok ibuk kesini lagi ya", kata si ibuk dengan senyum, dibalas dengan mbak Risca.
"Oh iya buk besok datang lagi saja kesini. Lagian saya punya temen nantinya kalau ada ibuk dan mbak Risca disini", jawabku sembari membalas senyum mereka.
"Iya, iya besok ibuk kesini lagi", kata ibuk.
Setelah panjang lebar hampir sore, ibuk gaul dan anak cewe itu permisi pulang dan Ame pun begitu.
"Mbak aku pulang juga ya, udah sore lagian sih Elang udah jemput didepan. Terus jangan lupa cek nama-nama tamu" kata si Ame sambil bergegas mengambil tasnya.
Si Elang itu pacarnya si Ame, mereka udah pacaran kurang lebih 2 tahun lamanya, dan katanya meraka susah banget pisah (denger cerita si Ame). Tapi ya mungkin, itulah cinta kadang merumitkan kadang membahagiakan. Lupakan si Ame, kembali ke pekerjaanku untuk mendata semua nama tamu gedung kedua, Itu pesan dari si Ame tadi sebelum pulang.
"Hufffffffttttt", kataku sambil menghela nafas.

Hari Keempat
Dibagian waktu shift yang sama lagi, Aku baru datang setengah jam lebih lama dari waktu kerjaku yaitu 15.30, yang padahal seharusnya 15.00 itu paling lama. Karena si Ame anaknya gak berontak kalo aku telat, dan dia selalu ngertiin jadwal kuliah aku jadi gak terlalu bermasalah. Ya palingan banyak tugas yang dia kasih ke aku sebagai gantinya, tapi tidak apa-apa.
"Mbak kata Kak rudi (pegawai rekruitment kantor pusat asrama) nanti ada tamu lagi yang datang luar kota sore ini jam 17.00 jumlahnya 20 orang, tolong atur kamarnya", kata Ame sidikit panik dan sambil membolak-balik daftar buku kamar.
"Oh, yasudah kita siapin aja kartu registrasi dan kartu makannya", jawabku santai sambil merapikan pakaian dan rambutku yang masih berantakan sehabis kuliah dalam perjalanan kesini.
Si Ame selalu panik kalau dalam menghadapi tamu yang akan datang, mungkin karena dia belum terlalu pengalaman dan itu job first time baginya setelah jadi freelancer.
Dan gak lama aku dateng, si ibuk kece dan Mbak Risca juga dateng dishift sore.
"Hai,hai selamat sore", kata si ibuk kece dengan Mbak Risca sambil senyum ramah kembali.
"Sore buk", kata aku dan Ame kembali menyapa.
"Ada apa ni? kayaknya sibuk banget", kata mbak Risca sambil memperhatikan kami berdua,
"Gak apa-apa mbak, ini si Ame panik gara-gara ada tamu yang mau dateng dari luar", kataku santai.
"Oh, sini coba ada yang bisa mbak bantu gak?", kata Mbak Risca sambil mendekati Ame.
"Sudah gak apa-apa Me kan jam kerja kamu sudah habis, biar kami berdua yang urus  masalah ini", jawabku sambil menenangkan.
Disaat bersamaan kami sedang menyusun daftar kamar, tamu dari luar tersebut ternyata sudah tiba di depan gedung kedua. Si Ame pun semakin panik.
"Mbak,Mbak mereka sudah datang ni, gimana? Itu lihat" kata Ame yang semakin panik.
"Udah tenang-tenang, siapin saja kartu registrasi. Mana? biar mbak yang ngelayanin check-in mereka", kataku sambil beranjak dari tempat duduk, maju kedepan merapikan vas bunga diatas desk reception, dan menyapa para tamu dari luar tersebut. 
"Selamat sore, selamat datang ditempat kami", kataku seperti biasa sambil menebar senyum keramahan didampingi ame dan Mbak Risca.
"Ya, selamat sore", beberapa tamu menjawab saat melewati desk reception.
Para tamu belum langsung melapor ke meja reception kami utnuk registrasi kamar. Mereka terlihat sangat lelah, mungkin karena perjalanan mereka sampai kesini tidaklah sebentar. Semua terlihat langsung duduk dikursi tamu lobby, dan ada juga yang menarik koopernya sambil memainkan gadget mereka masing-masing mungkin untuk mengabari keluarga mereka yang diluar.
Ada seorang pelatih dari mereka yang minta kopi, karena mungkin sudah cukup berumur jadi beliau perlu kopi setelah lelah perjalanan panjang. Tapi kami tidak menyediakan kopi di asrama, kecuali diruang makan yang sudah disediakan di area luar asrama. Kami bertiga panik (Aku, Ame, dan Mbak Risca) harus bagaimana, dan kami pun jangan sampai menolak permintaan dari tamu. 
"Aduh gimana ni mbak?", tanya Ame padaku.
"Gak ada kalo disini, kita gak menyediakan beverage (makan-minum)mbak", kataku pada Mbak Risca.
Akhirnya mbak Risca yang menghadapi tamu tersebut dan memberikan penanganan dan penjelasan yang terbaik agar tamu tidak kecewa.
Sambil menunggu masalah kopi tadi Aku dan Ame memperhatikan tamu-tamu yang baru tiba ini.
"Mbak kok cowok yang disana, daritadi ngeliatin aku terus ya?" kata Ame mengagetkan fokus lamunanku.
"Ah", sontakku kaget dari lamunan.
"Yasudah biarkan saja, kamunya gak usah liatin dia, biasa aja," kataku sambil mencari yang mana cowok yang dibilang oleh Ame.
"Gak bisa mbak matanya itu tajem banget ngeliat ke akunya", kata si Ame lagi sambil senyum-senyum kayak orang yang lagi jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Yang mana sih Me?", kataku sambil terus saja mencari mana cowok yang dibilang si Ame itu, sampai tidak terlalu fokus pada perkataannya.
"Itu loh mbak yang duduk dikursi depan kita, yang matanya tajem banget ngeliat ke arah kita", dengan gaya si Ame yang salah tingkah.
Dalam hati aku sih, si cowok itu ngeliatin kamu aja kali Me, bukan kita. Karena aku gak merasa sama sekali diliatin (aku gak mau ambil pusing). Si ame masih aja liat-liatan sama itu cowok. akhirnya aku menyibukkan diri dengan menyiapkan kartu registrasi untuk para tamu.
Mbak Risca selesai menangani tamu yang minta kopi tadi, dia kembali datang menghampiri kami di desk reception dengan wajah lega.
"Eh mbak, gimana masalah yang tadi?", tanyaku penasaran.
"Udah dek, mbak suruh ke dininghall (ruang makan asrama) aja dianya", kata Mbak Risca dengan santainya menjelaskan.
"Oh leganya", kata si Ame. "Aku pulang dulu ya Mbak, Mbak", sambil menyiapkan semua perlengkapan pulangnya.
"Oke, hati-hati ya Me", kataku singkat.
Sepulangnya Ame, Aku dan Mbak Risca yang sibuk mengatur kartu registrasi tamu yang masuk. Untung ada Mbak Risca, aku tidak terlalu repot mengurus semuanya. Mbak Risca dengan teliti dan gesit membantu aku menyiapkan semuanya disaat semua tamu sudah mau registrasi kamar.
"Ya silahkan, Mas diisi dulu data pribadinya disini", kataku sambil menunjukkan posisi di kartu registrasi dengan ramahnya (lagi-lagi), pada tiga cowok yang salah satunya itu adalah cowok yang melihat si Ame tadi.
"Oh ya, disini ya, Mbak", kata salah satu tamu yang akan registrasi.
"Iya, dan ini Diningcard (kartu makan) yang bisa digunakan di dininghall (restaurant asrama) saat jam-jam coffebreak dan makan lainnya ya, Mas", kataku sambil menjelaskan kegunaan kartu makan pada mereka.
"Berapa orang, Mas?", kataku lagi.
"3 orang,  dan satu pelatih kami", kata cowok yang tadi melihat ke Ame.
"Oke, ini kartu makannya 3 dan masing-masing orang satu. Oh ya satu lagi, dan ini harus selalu dibawa saat ke dinninghall (restaurant)", kataku sambil mengakhiri penjelasan dengan senyuman.
"Baiklah, terima kasih'', kata mereka bertiga bersamaan.
Aku pun sudah selesai menangani beberapa tamu untuk beberapa kamar, begitu pula Mbak Risca. akhirnya kmi sedikit bisa istirahat sebentar, sebelum ada tamu lagi yang minta pelayanan.
Disela kami istirahat 3 orang cowok tadi turun lagi menghampiri kami, dan minta 1 kartu makan lagi. Yang mereka bilang kurang. Mungkin untuk pelatihnya.
"Maaf mbak, kartu makan kami kurang satu lagi untuk teman saya", kata si cowok yang melihat Ame tadi (lagi-lagi dia terus).
"Oh ya ini", kataku sambil memberikan kartu makan tersebut dan mempersilahkan untuk mengisi data diri di kartu makannya.
"Dan ini bisa digunakan sekarang, Mas", kata Mbak Risca menambahkan sedikit.
Sambil mengisi data di kartu makan tiba-tiba si cowok yang melihat Ame tadi nyeletuk.
"Teman saya ada yang suka sama Mbak", sambil menunjuk saya.
"Hah?! Saya?", jawabku dengan wajah bingung.
"Iya kamu, nih orangny", sambil menunjuk salah satu temannya yang baru saja turun dari.
"Eh, iya." jawabku sambil sedikit masih bingung dan tidak fokus melihat wajah temannya itu.
"Oh ya, makasih ya mbak", katanya sambil meninggalkan desk reception kami.
Hari pun semakin sore dan menjelang malam. Tidak ada banyak kegiatan yang bisa Aku dan Mbak Risca lakukan, selain memperhatikan dan terus senyum ramah terhadap orang-orang yang lewat didepan kami.
Malam semakin larut, dan kami dapat kabar bahwa akan ada tamu lagi yang datang. Otomatis, kami harus selalu mempersiapkan apapun yang berurusan dengan registrasi dan administrasi tamu. Kemudian aku dipanggil ke kantor oleh Kak Rudi (pimpinan administrasi) untuk mengurus semuanya. Dan disana aku meminta bantuan Mbak Risca untuk menghandle di bagian desk reception.
"Mbak, aku ke kantor dulu ya dipanggil Kak Rudi", kataku sambil mengambil beberapa kertas dan pena untuk mencatat semua yang nanti akan diperintahkan kak Rudi.
"Oke, Dar tenang aja", kata Mbak Risca dengan memberikan senyuman semangat.
Aku pun langsung berlari sambil menuju kantor yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan lokasi asrama. Dan seperti  biasa aku disuruh mengatur tamu dan kamarnya. Itu pun selesai dengan cepat. Akhirnya aku bisa langsung kembali ke asrama, dan menemui Mbak Risca yang pasti sedang jaga sendirian sebagai receptionist. Tapi ditengah perjalanan menuju asrama, aku bertemu dengan 2 orang tamu yang tadi sore check-in. Ditambah lagi ternyata mereka berdua adalah temannya si cowok yang ngeliatain Ame tadi (alias cowok tebar pesona). Yang notabene, salah satu dari mereka menyampaikan ke temannya bahwa dia menyukaiku. oh my god. Otomatis, you know me so well.
"Oke, tenang Dar, sapa aja dengan ramah nanti", kataku sambil mengomel sendiri di arah kejauhan yang hampir mendekat dengan mereka. Dan ternyata tiba-tiba...
"Maaf Mbak", katanya sambil menahanku.
"Oh iya ada apa Mas", kataku sedikit gugup sambil memberikan senyuman teramah yang aku miliki.
Ini loh, ini cowok yang aku fikir dia menyukaiku.
"Apakah boleh foto sama Mbak??", katanya sambil memberi kode mendekat kepada temannya yang satu lagi.
"Eh, iya", jawabku sambil sedikit bingung menjawab.
Dan aku pun berfoto akrab dengan temannya, bukan dengan dia.
"Makasih ya Mbak," kata temannya sambil tersenyum bahagia.
"Oh iya, sama-sama Mas", kataku sabil berjalan melanjutkan langkahku menuju asrama. Dan menoleh sejenak sambil memperhatikan dua tamu pria tersebut yang tertawa sambil melihat foto yang barusan diambil denganku tadi.
"Aneh kenapa bukan dia yang minta foto denganku, tapi malah temannya?", pikirku dalam hati, yang berfikir bahwa tamu pria yang menyapaku duluan tadi adalah pria yang menitipkan pesannya kepada tamu pria yang tebar pesona. dan aku pun langsung bercerita dengan Mbak Risca tentang kejadian barusan.
"Mbak, aneh deh tdi barusan aku ketemu temen-temennya cowok tebar pesona (aku memberikanya julukan seperti itu karena tidak tahu namanya)", kataku sambil duduk menghela nafas.
"Iya terus kenapa Dar?", kata Mbak Risca menanggapi.
"Iya, terus mereka minta foto sama aku", kataku sambil menjelaskan .
"Iya gakpapa dong Dar. Kamu kayak artis jadinya kan", kata Mbak Risca sambil menggodaku,
"Artis apaan sih Mbak, aku tuh bingung. Soalnya aku fikir, yang mau foto sama aku tadi cowok yang katanya suka sama aku, tapi malah temennya. \kan aneh", kataku sambil masih bingung.
"Makdsudnya Dar?" kata Mbak Risca yang ikutan bingung kan.
"Iya, kan temennya itu ada dua. Yang aku fikir suka sama aku itu, yang tadi nyapa duluan minta izin foto, eh taunya yang minta foto itu temennya bukn dianya. kan aneh, dia yang katanya suka tapi kenapa malah temennya yang minta foto sama aku. Iya kan Mbak", kataku sambil meyakinkan Mbak Risca.
"Iya ya Dar, aneh", kata Mbak Risca yang ikutan bingung.

Dari kejadian itu, hari-hariku di asrama jadi sedikit memperhatikan kegiatan tiga orang pria tersebut. Terlebih sama si Ame yang terus aja ikut-ikutan merhatiin si cowok tebar pesona. Dan Mbak Risca yang juga ikut penasaran sama Aku daan Ame.
Kami bertiga jadi sering membicarkan tiga pria tersebut, dan melaporkan apa yang kami lakukan saat bertemu dengan salah satu mereka. Mulai dari olahraga yang mereka ikuti, asal mereka darimana, dan juga kamar nomor mereka.

Dan akhir-akhr ini pun Aku, Ame, dan Mbak Risca pun semakin dekat dengan tiga pria tersebut. Gara-gara mereka sering menitipkan kunci kamar mereka ke desk reception. Setelah kami tau nomor kamar mereka, kami mecari data nama mereka di buku registrasi. dan akhirnya kami tau. Untuk pria yang tebar pesona namanya adalah Ade, cowok yang aku fikir menyukaiku adalah Yadri, dan yang terakhir cowok yang berfoto denganku itu adalah Rajab. 



be continue ...