Selasa, 25 Juni 2013

Mama

Sosok perempuan yang sempurna
Ia cantik, kuat, dan tak kenal lelah

Aku ingin seperti dia (Mama)
Berlian untuk suaminya
Permata bagi anaknya
Dan dia (Mama) sumber kekuatan kami

Tuhan,
Sungguh mulia engkau ciptakan dia (Mama) untuk kami
Tingginya derajat beliau tak perlu diingkari
Bukankah itu salah satu karya terbaik-Mu ???

Layaknya baja yang kokoh
Masalah datang,
Cobaan menerjang.
Tapi, dia (Mama) tetap tersenyum untuk kami
Sembunyikan sisi rapuhnya
Hanya mengadu-Mu

(Melahirkan)
Mengorbankan dirinya sendiri
Mengeluarkan seluruh tenaga untuk kami

(Masalah datang)
Mengembangkan senyuman dibalik kesedihan
Memberikan kekuatan sebagai pengokoh

(Cobaan luar)
Mengeluarkan dukungan untuk semangat
Menebarkan ambisi agar tidak goyah

Itulah sosok makhluk sempurna Tuhan
Aku bangga punya dia (Mama)
Dia punya tempat khusus di hati kami
Sehingga sosokmu takkan terganti

Dan jika aku terlahir kembali...
Aku akan minta pada Tuhan,
Untuk menjadi anaknya lagi
Aku sayang dia (Mama)






Rabu, 19 Juni 2013

Bulan

Ketika senja menyapa
Penat, lalu sesak menyelimuti
Makin ramai malah

Matahari mulai hilang sinarnya
Lalu berganti,
Muncul Penerang baru
Ku sapa,"hai malaikat kecil yang tak jelas bentuk?"
Dan itu bintang namanya
Dia juga punya surya yang besar
Bukan meteroit namanya

Terlihat sosok yang lebih ada
Membentuk cahaya menerangkan
Tak bisa disentuh
Hanya bisa dilihat
Namun benar bisa dirasakan
Hadirnya membawa cahaya bagi semuanya
Memberi tanda untuk malaikat kecil tadi

Terlihat jelas,
Pendamai bagi sang pembuka mata
Ini juga insan Tuhan

Tapi tidak ada yang yang sempurna
Akan hilang juga pada waktunya
Bukan karena Tuhan yang mengambilnya
Hanya saja bukan waktunya lagi




Selasa, 18 Juni 2013

Teriakanku

Tuhan,
Dia mulai menghindar dariku
Aku tak tahu dia membenciku atau sengaja menjauhiku

Seperti karya khalil gibran,
"ku lari ke pantai kemudian teriakku"
Ingin rasanya aku lakukan
Mengeluarkan semua yang ingin aku katakan
Berteriak sekuat-kuatnya hingga tiada yang mendengar
Namun semua itu hanya anganku
Seperti drama film yang ada dalam sebuah skenario

Menangis ?
Tidak, aku tidak menangis
Aku hanya kecewa dengan rasa ini
Rasa yang mungkin tumbuh ditempat yang tandus
Rasa yang hanya membuang waktu untuk berfikir

Aku, Kamu, dan Rasa adalah sebuah cerita
Yang bukan aku penulisnya
Dan bukan kamu sutradaranya
Tapi Kita pemeran utamanya

Alur yang hilang dimakan waktu
Kisah yang pudar karena rasa lain yang tersakiti
Dan akhir yang pupus karena perbedaan

Ingin aku jadi skenarionya
Hingga penentu drama ini





Senin, 10 Juni 2013

Ini Rasa

Tuhan ...
Salahkah aku punya rasa ini ?
Aku tidak akan memintamu untuk menghapusnya dariku
Tapi aku akan memintamu untuk memberiku kekuatan demi rasa ini
Rasa yang muncul sendirinya padaku
Rasa yang hadir saat aku tertawa lepas
Rasa yang tiba untuk kenyamanan

Rasa ini nyata
Rasa ini tidak salah
Dan rasa ini memilih
Disaat dia tau kemana dia akan singgah

Ketika rasa itu singgah,
Dia tidak peduli pada masalah yang dia bawa saat singgah ke seseorang
Dimana seseorang yang disinggahi harus berjuang dan bertarung demi rasa

Tapi bagaimana jika rasa itu sudah tidak punya rasa lagi?
Menutup mata dengan rasa tidak peduli
Menutup hati dengan rasa acuh
Dan menutup sikap dengan rasa tidak ingin tahu
Masih ada rasa yang masih peduli pada rasa yang lain
Itukah pengorbanan demi rasa?

Tapi bagaimana dengan rasa yang kita rasa?
Haruskah rasa itu benar-benar diperjuangkan?
Atau menunggu rasa ini pudar,
Pudar terhapus mata, hati, dan sikap yang masa bodoh






Tiga Hati

Tuhan ...
Jika aku boleh memilih sebelum merasa
Aku lebih memilih untuk tidak merasa
Aku lebih memilih untuk tau apa itu rasa
Aku lebih memilih untuk tidak mengenalnya

Karena rasa ini benar-benar menyulitkanku

Biarkan hati ini kosong tanpa diisi oleh rasa
Biarkan hati ini sepi tanpa tersentuh oleh rasa
Biarkan hati ini hambar tanpa merasakan rasa
Dan mungkin itu jauh lebih menyenangkan

Aku memang yakin,
Bahwa akhir kisah cinta sejati itu akan selalu bahagia
Namun hanya waktu dan caranya yang berbeda
Mungkinkah aku harus mengalah pada waktu?
Mungkinkah aku harus mengalah pada keadaan?
Atau aku harus lari dari semua situasi yang menyudutkanku?
Sulit sekali memperjuangkannya,
Sulit sekali bertahan
Bahkan sangat sulit dari apa yang aku inginkan

Ya tuhan ...
Bisakah aku bersamanya?
Sementara akan ada hati lain yang tersakiti
Tidakkah aku terlalu egois?
*Hanya engkau yang punya jawaban dari semua pertanyaanku





Rabu, 05 Juni 2013

3 Kata Tersulit

Mungkin ketenangan dan kenyaman menjadi salah satu pembangun dalam suatu hubungan. Aspek pertama yang menjadikan seseorang mau menjalin hubungan dengan sorang terspesialnya, itu terlebih kearah kenyamanan. Memberikan rasa percaya diri kepada seseorang tanpa harus malu mengungkapkan semuanya.

Sayang,
Cinta,
dan Suka.
Memiliki tiga arti yang sangat berbeda.
Banyak juga orang yang bilang artinya sama tapi maknanya berbeda.

Sayang terlebih kearah kita ingin melindungi.
Cinta akan lebih memilih untuk memiliki dan berbagi.
dan Suka lebih melihat kearah paras dan sifat.

Mungkin saat kita melihat seseorang yang spesial di mata kita, kita harus dulu mengkategorikan dia masuk ke dalam kategori yang mana. Apakah kita menyayanginya, mencintainya, atau bahkan menyukainya ? Itu sulit ! Terkadang kita menganggapnya hanya sayang, tapi ternyata cinta. Ada juga yang berfikir itu cinta, padahal itu hanya sekedar suka. Sakit bahkan dilema yang luar biasa jika kita berada diantara tiga kata tersebut. Semua orang bahkan insan manusia pasti akan melewati tiga kata yang paling menyulitkan ini. Saat mereka melewatinya bahkan menyentuhnya apa yang akan mereka lakukan ? Pilih dan tentukan !

Jika kita salah mengkategorikan, itulah kesalahan terbesar yang membuat kita akan menjadi semakin rumit. Mengatur rasa yang ada di dalam hati kita kepada seseorang, memilih tindakan yang kadang diluar logika kita, dan membuat keputusan yang malah akan menjadi ancaman kita sendiri. Belum lagi jika kita melibatkan orang-orang terdekat kita. Dan masalah perasaan ini, tidak ada yang bisa membantu kecuali kita dan hati kita sendiri (rasa).

Perlu diingat, rasa itu tidak pernah mengingkari.
Rasa itu juga tidak pernah bisa memilih kepada siapa dia ingin hadir.
dan Rasa itu juga tidak punya waktu kapan dia akan tiba.
So, i belive it.